PRIVATE UNIVERSITY IS NOT THE END, FRIEND
Trauma mendalam yang aku rasakan hingga kini, bukan sembarang trauma. Aku terus diselimuti rasa takut tidak bisa melakukan hal yang berguna, sejak kegagalan ku masuk IPB.
Mengingat lagi ketika itu semua terjadi, saat
itu aku teramat menyusahkan Ayah, dan mengecewakan Mama.
Seminggu setelah pengumuman kelulusan IPB, aku belum juga memutuskan akan meneruskan kuliah atau tidak. Keluargaku dapat digolongkan keluarga menengah, kebutuhan primer kami dapat tercukupi, yaaa tapi segalanya begitu pas, kebutuhan sekunder kami agak macet-macet. Maka dari itu, aku tidak ingin menyusahkan mama dan ayah.
Lalu bagaimana akhirnya aku bisa kuliah?
Itu karena, ayah ku yang hebat. Ia mengorbankan segalanya agar anak-anaknya dapat bersekolah kejenjang yang paling tinggi. Aku dan Teh Dini—kakakku pernah menawarkan pada ayah, bagaimana jika kami bekerja saja, tapi beliau tidak mau.
Kalau saja aku pintar, mungkin aku bisa dapat beasiswa. Atau kalau tidak, setidaknya aku bisa masuk Universitas Negeri karena lebih murah daripada swasta. Tapi ternyataaa -.- -.- -.-
Universitas Budi Luhur
Tak terpikir bagaimana bisa nyangkut di kampus biru ini. Mengapa dari sekian banyak kampus di Depok, aku memilih kampus yang jaraknya kampus ke rumah ku itu bak sabang ke merauke. Saat itu alasan utama memilih Budi Luhur karena tidak terlalu mahal dan Kualitasnya bagus.
Awal-awal masuk kuliah, Tiga Rasa ini à à jenuh, lelah, dan bosan tentu saja ada, dan aku tak bisa bohong akan hal itu.
Tetapi aku juga tak bisa bohong kalau Tiga Rasa tersebut KALAH dengan yang namanya TEMAN.
Teman kuliahku adalah orang-orang yang membuatku bersemangat untuk terus kuliah. Walaupun memang secara tidak langsung sih. Tetapi tingkah mereka yang gila, kocak, caur, tapi terkadang bisa sangat serius jika memperdebatkan sesuatu lah yang membuat ku terkadang berat untuk meninggalkan kampus, atau aku ingin cepat-cepat hari esok kembali kuliah, rumpi di kantin dikantin, ketawa ngakak lalu mendengarkan ocehan-ocehan gilaaaa :D hmmm aku bahagia, kawan…
Konflik terkadang dibutuhkan dalam kehidupan manusia, jadi aku selalu mewajari apabila kami terkadang marahan, rumpi-rumpi dibelakang, atau bisik-bisik tetangga hehehe. Teman tanpa konflik, bagai sayur tanpa garam, sesuai fakultas kami yaitu politik. Politik tanpa konflik bagai sambal tanpa terasi :D
FLASH BACK
Aku lalu tertawa kecil mengingat do’a ku saat detik-detik tes IPB dan sebelum pengumumannya.
Begini do’a ku… “ya Allah…luluskan lah aku dalam tes IPB ini, aku tahu aku tidak cukup pintar, tapi aku sudah berusaha semampuku. Lekas, biar Engkau yang menentukan apa yang terbaik untuk ku. Berikan aku yang terbaik, ya Allah…amin….”
Aku ingin marah sebenarnya, karena perjuangan ku selama kurang lebih 2 bulan yaitu seringnya ku shalat tahajud, shalat hajat, puasa, belajar, dll demi diterima ternyata sia-sia begitu saja.
Tapi heyyy… baru ku sadari, dari sebelum tes IPB itu aku yakin Tuhan sudah mempersiapkan segalanya. Ia bahkan mengabulkan pinta ku “BERIKAN YANG TERBAIK”.
Aku lalu berpikir, mungkinkah kalau aku masuk IPB, aku tidak mendapatkan teman-teman seperti sekarang ini? Tidak merasa seberuntung ini?
Di kampus aku bisa mengikuti pelajaran seberusaha mungkin dengan baik. Berdebat, namun saling menghargai pendapat, bertanya, menjawab, berteman dengan dosen yang baik-baik, mengunjungi kampus lain, ikut seminar, pelatihan, dsb nya yang menyenangkan sekali.
Kemudian , sebuah kata-kata indah ini mendukung pernyataan ku
Kadang aku meminta kupu-kupu, tapi Tuhan mengirimkan ulat berbulu. Kadang aku meminta bunga yang indah, tapi Tuhan mengirim kaktus berduri. Aku sedih dan kecewa, tapi ternyata ulat itu berubah menjadi kupu-kupu, dan kaktus itu berbunga, indah sekali… ternyata Tuhan tak selalu memberi apa yang kita inginkan, tapi Ia memberi apa yang kita butuhkan (oleh Bonchie Yoska Sudrajat)
What a beautiful words?
DAN heyyyy… itu berarti… Private University is not the end, isn’t right?
Asalkan kamu bisa terus bersaing, menjadi yang “berguna” diantara yang lainnya, gue rasa kita bisa!! Dan kampus gue juga buat gue sangat bangga, karena biaya yang dikeluarkan tidak sia-sia begitu saja. Mulai dari akademik sampai non-akademik pasti aja ada ilmu yang sangat beguna yang langsung nyangkut. I love what I see, what I have NOW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
leave comment