Selasa, 30 Oktober 2012

Konferensi Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia II

Liputan

Konferensi Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia II
Universitas Budi Luhur
2012
               
                Memulai liputan kegiatan kali ini, ada baiknya kita  mengulas sedikit perbedaan antara apa yang disebut dengan Konferensi, Seminar, atau Kuliah umum. Banyak orang, maupun mahasiswa pada khususnya, memahami bahwa Konferensi sama dengan seperti seminar. Sejatinya hal tersebut merupakan kekeliruan. Namun agar lebih mudah memahami, mari kita telusuri perbandingannya melalui liputan Konferensi Nasional berikut ini.
Minggu lalu tepatnya tanggal 22 Oktober 2012, Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional – Universitas Budi Luhur melaksanakan kegiatan Konferensi Nasional Mahasiswa HI se-Indonesia ke-II. Pada dasarnya tujuan utama dibuatnya kegiatan ini ialah untuk membahas, kemudian mengeksplorasi berbagai pendapat, ide, maupun pengalaman dari seluruh narasumber dan peserta Konferensi yang berhubungan dengan tema besar-nya yaitu ‘Globalisasi dan Kearifan Lokal’. Tema ini sendiri diusung atas dasar globalisasi yang membawa dampak positif dan negatif juga bagaimana solusi untuk mempertahankan kearifan lokal bangsa ini. Peserta utama Konferensi ini ialah 150 mahasiswa dari 25 Universitas se-Indonesia, yaitu dari Aceh hingga Papua.
Pada hari pertama pelaksanaan (22/10/12)—delapan narasumber tokoh nasional mewarnai Auditorium Universitas Budi Luhur. Konferensi sesi pertama diisi oleh tiga tokoh nasional Indonesia yang sudah sering kita kenal dengan sapaannya masing-masing, antara lain ialah Prof. Dr. Syafi’i Maarif yang biasa disapa Buya, Prof. Dr. Franz Magnis yang biasa disapa Romo Magnis, dan Prof. Dr. Azyumardi Azra yang kita kenal sebagai cendikiawan muslim.



Tema Globalisasi dan Kearifan Lokal pun mengalir dibahas oleh para narasumber tersebut dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Suasana yang hikmat dimulai ketika Drs. Djaetun (Pendiri Yayasan Budi Luhur Cakti) menjadi keynote speaker mulai memaparkan perihal kecerdasan yang tak dapat dilihat hanya dari sudut intelektual, namun juga emosional hingga kecerdasan spiritual.
Masuk kedalam sesi dua, Rektor Universitas Budi Luhur, Prof. Dr. Tb Ronny Rahaman didudukkan oleh sejarawan Indonesia yaitu Prof. Dr. Anhar Gonngong, Drs. Masribi (pemerhati pendidikan) dan perwakilan dari KPK yaitu Rofie Ahmad. Auditorium Budi Luhur sangat menyala pada pertengahan perjalanan sesi ini, seluruh peserta Konferensi Nasional seringkali bertepuk tangan menyaksikan bagaimana para narasumber bersemangat memaparkan sejumlah fakta dan budaya kekinian di Indonesia.



Setelah Konferensi sesi kedua berakhir, para delegasi dari 25 Universitas se-Indonesia, memasuki sesi pleno di Ruang Teatre - Universitas Budi Luhur. Enam pemakalah yang terpilih dan mempresetasikan paper-nya antara lain ialah Universitas Budi Luhur, Universitas Indonesia, Universitas Mulawarman, Universitas Syiah Kuala NAD, Universitas Respati Yogyakarta dan Universitas 45 Makassar. Suasana pleno berjalan semakin hangat ketika audience berebutan untuk bertanya kepada pemakalah, namun sang moderator harus lihai memilih karena diburu oleh waktu.
Selepas magrib, para delegasi kemudian mengikuti sesi Forum Group Discussion (FGD) yang dibagi kedalam tiga ruang kelas dengan masing-masing topik yang berbeda untuk dibahas. . Topik per-ruangan tersebut antara lain ialah Konflik dan Media, Budaya, Pariwisata dan Kuliner, yang terakhir ialah Agama, Globalisasi dan Tradisional.  Tujuan dari ses FGD ini ialah untuk memfokuskan pembahasan tema Globalisasi dan Kearifan Lokal dari sudut pandang atau fokus topik yang berbeda-beda.
Hari pertama dari kegiatan Konferensi akhirnya selesai dan ditutup oleh  makan malam bersama.  Sejatinya itulah esensi dari sebuah Konferensi. Secara keseluruhan apa yang menjadi tujuan dari dibuatnya kegiatan ini dapat tercapai. Seluruh delegasi juga telah merumuskan rekomendasi akhir dengan tujuan untuk mempertahankan kearifan lokal dan pendidikan karakter bangsa Indonesia dan meningkatkan awareness terhadap usaha untuk mempertahankan kearifan lokal guna mendukung keberhasilan pendidikan karakter bangsa. Kemudian untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut di atas, seluruh delegasi peserta Konferensi Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia II merumuskan sebuah rekomendasi yang terdiri dari lima butir point penting. Rekomendasi tersebut direncanakan akan diinternasionalisasikan tahun mendatang.
 Lebih lanjut, seluruh rangkaian pendukung kegiatan ini terbilang sukses karena melihat antusias dan apresiasi para delegasi. Beberapa rangakaian pendukung kegiatan ialah para delegasi mengikuti Short Diplomatic Course (SDC) di Kementerian Luar Negeri RI.




Kemudian pada malamnya seluruh delegasi dijamu makan malam oleh Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo di Balai Agung, Jakarta.



Rangkaian pendukung acara terakhir, yaitu Diplomatic Tour (24/10/12) seluruh delegasi mengunjungi Dunia Fantasi, Ancol. Sepulangnya, para delegasi disuguhkan pertunjukan koloborasi anatara grup Gamelan dengan Band yang ber-genre Jazz. Sungguh hal yang tak biasa melihat dua musik yang berbeda dapat melebur menjadi satu. Tepat pukul 22.00 WIB, kembang api mewarnai langit yang tampak hampa pada malam tersebut. Sungguh Closing Ceremony yang sangat manis dan menjadi kesan yang membuat semua merasa rindu akan kegiatan ini.



Ditulis oleh Elistania

Foto oleh Bogi Prasetyandi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

leave comment