Liputan
Konferensi Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia II
Universitas Budi Luhur
2012
Memulai
liputan kegiatan kali ini, ada baiknya kita mengulas sedikit perbedaan antara apa yang disebut
dengan Konferensi, Seminar, atau Kuliah umum. Banyak orang, maupun mahasiswa
pada khususnya, memahami bahwa Konferensi sama dengan seperti seminar.
Sejatinya hal tersebut merupakan kekeliruan. Namun agar lebih mudah memahami,
mari kita telusuri perbandingannya melalui liputan Konferensi Nasional berikut ini.
Minggu lalu
tepatnya tanggal 22 Oktober 2012, Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional –
Universitas Budi Luhur melaksanakan kegiatan Konferensi Nasional Mahasiswa HI
se-Indonesia ke-II. Pada dasarnya tujuan utama dibuatnya kegiatan ini ialah untuk
membahas, kemudian mengeksplorasi berbagai pendapat, ide, maupun pengalaman
dari seluruh narasumber dan peserta Konferensi yang berhubungan dengan tema
besar-nya yaitu ‘Globalisasi dan Kearifan Lokal’. Tema ini sendiri diusung atas
dasar globalisasi yang membawa dampak positif dan negatif juga bagaimana solusi
untuk mempertahankan kearifan lokal bangsa ini. Peserta utama Konferensi ini
ialah 150 mahasiswa dari 25 Universitas se-Indonesia, yaitu dari Aceh hingga
Papua.
Pada hari pertama
pelaksanaan (22/10/12)—delapan narasumber tokoh nasional mewarnai Auditorium
Universitas Budi Luhur. Konferensi sesi pertama diisi oleh tiga tokoh nasional
Indonesia yang sudah sering kita kenal dengan sapaannya masing-masing, antara
lain ialah Prof. Dr. Syafi’i Maarif yang biasa disapa Buya, Prof. Dr. Franz
Magnis yang biasa disapa Romo Magnis, dan Prof. Dr. Azyumardi Azra yang kita kenal
sebagai cendikiawan muslim.
Tema Globalisasi
dan Kearifan Lokal pun mengalir dibahas oleh para narasumber tersebut dengan
sudut pandang yang berbeda-beda. Suasana yang hikmat dimulai ketika Drs.
Djaetun (Pendiri Yayasan Budi Luhur Cakti) menjadi keynote speaker mulai memaparkan perihal kecerdasan yang tak dapat
dilihat hanya dari sudut intelektual, namun juga emosional hingga kecerdasan
spiritual.
Masuk kedalam
sesi dua, Rektor Universitas Budi Luhur, Prof. Dr. Tb Ronny Rahaman didudukkan
oleh sejarawan Indonesia yaitu Prof. Dr. Anhar Gonngong, Drs. Masribi
(pemerhati pendidikan) dan perwakilan dari KPK yaitu Rofie Ahmad. Auditorium
Budi Luhur sangat menyala pada pertengahan perjalanan sesi ini, seluruh peserta
Konferensi Nasional seringkali bertepuk tangan menyaksikan bagaimana para
narasumber bersemangat memaparkan sejumlah fakta dan budaya kekinian di
Indonesia.
Setelah Konferensi
sesi kedua berakhir, para delegasi dari 25 Universitas se-Indonesia, memasuki
sesi pleno di Ruang Teatre - Universitas Budi Luhur. Enam pemakalah yang
terpilih dan mempresetasikan paper-nya antara lain ialah Universitas Budi Luhur,
Universitas Indonesia, Universitas Mulawarman, Universitas Syiah Kuala NAD, Universitas
Respati Yogyakarta dan Universitas 45 Makassar. Suasana pleno berjalan semakin
hangat ketika audience berebutan
untuk bertanya kepada pemakalah, namun sang moderator harus lihai memilih
karena diburu oleh waktu.
Selepas magrib,
para delegasi kemudian mengikuti sesi Forum
Group Discussion (FGD) yang dibagi kedalam tiga ruang kelas dengan
masing-masing topik yang berbeda untuk dibahas. . Topik per-ruangan tersebut
antara lain ialah Konflik dan Media, Budaya, Pariwisata dan Kuliner, yang
terakhir ialah Agama, Globalisasi dan Tradisional. Tujuan dari ses FGD ini ialah untuk
memfokuskan pembahasan tema Globalisasi dan Kearifan Lokal dari sudut pandang atau
fokus topik yang berbeda-beda.
Hari pertama dari
kegiatan Konferensi akhirnya selesai dan ditutup oleh makan malam bersama. Sejatinya itulah esensi dari sebuah
Konferensi. Secara keseluruhan apa yang menjadi tujuan dari dibuatnya kegiatan
ini dapat tercapai. Seluruh delegasi juga telah merumuskan rekomendasi akhir
dengan tujuan untuk mempertahankan kearifan lokal dan pendidikan karakter
bangsa Indonesia dan meningkatkan awareness
terhadap usaha untuk mempertahankan kearifan lokal guna mendukung keberhasilan
pendidikan karakter bangsa. Kemudian untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut di
atas, seluruh delegasi peserta Konferensi Nasional Mahasiswa Hubungan
Internasional se-Indonesia II merumuskan sebuah rekomendasi yang terdiri dari
lima butir point penting. Rekomendasi
tersebut direncanakan akan diinternasionalisasikan tahun mendatang.
Lebih lanjut, seluruh rangkaian pendukung
kegiatan ini terbilang sukses karena melihat antusias dan apresiasi para
delegasi. Beberapa rangakaian pendukung kegiatan ialah para delegasi mengikuti Short Diplomatic Course (SDC) di
Kementerian Luar Negeri RI.
Kemudian pada malamnya seluruh delegasi dijamu
makan malam oleh Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo di Balai Agung, Jakarta.
Rangkaian
pendukung acara terakhir, yaitu Diplomatic
Tour (24/10/12) seluruh delegasi mengunjungi Dunia Fantasi, Ancol. Sepulangnya,
para delegasi disuguhkan pertunjukan koloborasi anatara grup Gamelan dengan
Band yang ber-genre Jazz. Sungguh hal
yang tak biasa melihat dua musik yang berbeda dapat melebur menjadi satu. Tepat
pukul 22.00 WIB, kembang api mewarnai langit yang tampak hampa pada malam
tersebut. Sungguh Closing Ceremony yang
sangat manis dan menjadi kesan yang membuat semua merasa rindu akan kegiatan
ini.
Ditulis oleh Elistania
Foto oleh Bogi Prasetyandi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
leave comment