Minggu, 07 Maret 2010

“abnormal aku?” tanya Fani pada dirinya sendiri








Hal yang terlintas ketika mendengar dan membaca lyric lagu Abnormal Aku – Blackstar feat Cholil Mahmud (ERK), adalah saya HARUS meluapkan rasa iba dengan menulis ini. Kisah nyata tentang temen kampus saya yang “FREAK” “GILA” “ANEH” , mungkin kata-kata itu yang biasanya diucapkan oleh banyak orang ketika bertemu dengannya.


FANI……
Siapa dia?

Seorang pria yang ketika disebut namanya, satu kelas tertawa, atau ada sebagian orang yang jijik, atau ada lagi yang menjauh karena ketakutan, atau apapunlah yang pasti negative pikirannya ketika dia hadir menghampiri kami.

Awalnya gue sangat mengagumi Fani. Ia pandai kalo menurut gue, karena ketika dosen bertanya atau menerangkan, ia dengan cekatan menjawabnya. Walau dengan cara yang kurang sopan memang. Misalnya, memotong pembicaraan dosen, atau terkadang jawabannya melenceng dari pertanyaan atau topic yang sedang dibahas.

Yehaaa… walau teman yang lain menganggapnya itu sangat aneh, dan jawabannya tidak patut dihargai. Tapiiii menurut gue, itu sudah hebat. Karena apa? Karena gue tidak sepede dia. Tidak seluas pengetahuan sejarahnya dari dia.

Gue kagum karena ketika menjawab, suaranya lantang, body language-nya seperti ½ Bung Karno, dan wajahnya penuh semangat, matanya menyala-nyala bagai api (bahkan gue kena cipratannya, sehingga gue sangat kagum melihat orang ini). Owowow …mungkin karena wajahnya yang semangat, atau terlalu berlebihan semangat sehingga ia terkesan sombong, sok tahu, dan sok berwawasan. Hahaha ya mungkin itu bagian pertama yang menyebalkan dari seorang Fani.




Iya, awalnya gue memang menganggap Fani tidak aneh ahh! Mungkin hanya sedikit HYPER karena CAPER (Cari Perhatian). Justru gue suka sebal pada teman-teman karena mereka yang berlebihan menganggap dia aneh, dan suka ngatain ini itu. Tapi…ternyata gue salah, kelamaan ketahuan juga kalo Fani semakin aneh, dan teramat sangat mengganggu gue dan yang lainnya.

Contoh kasus yang diperbuat olehnya :

1. Obas ga sengaja nabrak dia, dan dia maki-maki Obas sampe kayak kerasukan setan,
2. Mely dilempar puntung rokok, dan beberapa kali dibuat nangis karena ulahnya,
3. Tanpa alasan yang jelas, Aldy ditonjok, hingga gumpalan darah membekas pada matanya,
4. Suka nyeruput minuman atau makanan tanpa izin
5. Seneng banget menempelkan Balsam di gelas orang
6. Gue pernah dimaki-maki. Padahal lo tau apa, gue cuma nyapa “hey Fan, mau pulang?” tapi dia langsung bilang “APA LO NANYA-NANYA GUA!!!”
7. Kalo di Lift suka Norak, ga jelas suka ketawa-ketawa. ehh tar dia marah-marah kalo kita ikut tertawa
8. Kalo di kelas lagi nunggu dosen, Fany bak Ariel Peter Pan yang sedang bernyanyi sembari menyalami fans-fansnya
9. Nonjok anak fakultas lain, padahal lo tau apa? Si anak fakultas lain itu cuma nanya “ga masuk kelas?”
10. dan lain-lain yang ia perbuat, dan tentunya tanpa alasan yang SANGAT GA JELAS. Sehingga hampir setiap hari, anak cowo dikelas gue bertengkar dengannya. Suatu yang wajar memang kalo kita semakin kesal, karena Fani sudah keterlaluan.


Woow….jadi ada apa sama dia…?

Waktu itu….. gue dan kedua teman kelas gue kekeuh pengen rubah Fani, karena kita merasa sebenarnya ia anak yang baik, tetapi hanya salah tingkah.



Benarkah?



Inilah hasil curhatannya pada kami.. Ayahnya meninggal dunia karena sakit jantung, sudah lama sepertinya. Ia lalu dibiayai tantenya sedari SMA (kalo ga salah inget). Sayangnya, ia sering bertengkar dengan teman sekelasnya. Ia sering memukuli temannya. Hingga akhirnya sang Ibu pun tidak mau menguliahkannya (bosan dipanggil terus-menerus oleh pihak sekolah), dan mungkin berpikir tak ada gunanya meng-kuliahkan Fani. 
Namun, dengan janji tak akan membuat salah lagi kepada Ibunya, Sang Ibu pun memperbolehkannya kuliah. Ohhh….Good Mother!

Tapi mana? Ternyata tidak. Ia selalu lepas kendali. Usaha gue dan kedua temen gue membuat ia berubah, GAGAL.

Pada awalnya kita berhasil membujuk Fani untuk berubah, dengan menyogoknya akan mendapatkan SERTIFIKAT ICF (International Culture Festival).
Baginya, sertifikat itu sangat berarti, KARENA dia akan memamerkan pada Ibunya bahwa ia sudah berubah menjadi anak baik, pintar, dsb. Jadi bagi dia, SERTIFIKAT itu “AKU SUDAH BERUBAH LOH, BU!!”.

Dia janji mau disuruh ngapain aja, jungkir balik kek, push up, angkat bangku, lari-lari, nari-nari, nyanyi-nyanyi (ehh jangan salah ya, dia mengucapkan janji itu sembari mempraktekannya loh!). Kami pun melting  DAN tak hentinya tertawa melihat tingkahnya seperti anak kecil hahaha .

Sayang sekali perubahan itu tidak berlangsung lama, sangat sulit baginya untuk menahan rasa amarah. Perasaannya sensitive, berbanding tebalik dengan semangatnya, dan itu semua karena penyakit memperbudakkinya.


Kabar Fani sekarang?


Semakin banyak masalah yang dikumpulkan olehnya, membuat ia semakin dijauhi oleh kami sekelas, dan akhirnya telah diketahui ia sudah tidak kuliah dikampus kami.

Satu bulan yang lalu, Ambon (teman gue) bercerita kalo mahasiswa FIKOM membuat film (tugas) tentang Fani. Ini membuat gue sangat terkejut, dan tersenyum, karena cerita seperti ini kan memang banyak diangkat untuk dijadikan sinetron, novel, cerpen, dsb. TAPI kali ini ternyata tokoh utama-nya teman gue sendiri. And FYI, anak FIKOM tersebut mendapatkan nilai A karena film tentang Fani sangat menyentuh hati!!! *prok*prok*prok*

Apa yang membuat film tersebut tersentuh? Yaitu ketika Ibu Fani bercerita “Saya mau bagaimana lagi. Anak saya sarafnya rusak. Saya hanya bisa pasrah…”


Jadi… Fani itu terkadang sadar, buktinya dia bisa menjawab pertanyaan dosen dengan benar (kadang-kadang), tapi sebagian syaraf-nya terganggu alhasil suka salah tingkah dan tidak sadar dengan apa yang ia lakukan.

Katanya, kini Fani semakin aneh. Sudah seperti orang gila yang benar-benar tak dapat berpikir dengan logika lagi. Ceritanya lagi, Fani sering keluar malam sendiri tanpa tujuan yang jelas. Tertawa sendiri, marah-marah sendiri. Ya sudah seharusnya dimasukkan kedalam RSJ mungkin.

Wow….bagaimana jika saya yang seperti itu ya? Melihat Ibu saya hanya bisa pasrah, hanya bisa diam ketika saya dipukuli oleh tetangga sendiri.

[x][x][x][x][x][x]


Terakhir melihat Fani saat mata kuliah Filsafat (semester 2). Dia bilang “gue bakal pindah”, tentu sambil ketawa-ketawa ga jelas, tengil, dan apalah itu tampangnya negselin. Dia ngoceh sendiri padahal kita tidak memperhatikannya.

Ia terus mengoceh, menggambarkan kegembiraan, dan seolah berkata “Puas kan lo? Ga ada lagi orang aneh di kelas?! haha gue bakalan pergi dari sini!!!”

Mahluk ciptaan Allah, cucu Adam, tersakiti oleh perbuatannya sendiri yang dia pun tidak sadar kenapa bisa berbuat seperti itu


IYA! ASLI! dia itu ga sadar kalo suka bertingkah ANEH. Menurutnya, sah sah saja bertingkah seperti itu.“gue cuma pengen lo semua perhatian sama gue, tapi kenapa sichhh (sampe muncrat—menunjukkan kekesalan), lo semua ngejauhin gue?
Dari situ bisa disimpulkan kalo dia memang berpikir, bahwa semua tindakkannya itu BENAR

“gue selalu bertanya-tanya, Gue salah apa? kenapa Ibu gue harus marahingue? sering banget gue nangis dan nampar gue sendiri, nangis sepuasnya di kamar mandi, tapi gue ga pernah ngerti kenapa semua benci gue?”

(kalimat-kalimat diatas yang gue inget sampai sekarang saat ia curhat sama gue dan kedua temen gue)

[X][X][X][X][X]


Didalam hati-nya yang SURAM dan selalu SENDIRI, sembari merasakan pahitnya menjadi seorang ABNORMAL, mungkinkah Fani sedang bernyanyi-nyanyi?
Mungkinkah sebagian sarafnya teramat sangat menikmati menjadi seorang Abnormal?

Abnormal aku … (tenggelam dan terus tenggelam)
Disleksia aku … (terbias semakin terbias)
Abnormal aku … (tenggelam semakin tenggelam)

Implisit depresi
Ku tenggelam dan tenggelam
Terbias aksara…
Terdistorsi mata ini



Black Star featuring Cholil ERK – Abnormal Aku





Photo : Diambil dari Film dokumenter "Aku Ada Diantara Mereka" karya Teman-teman FIKOM UBL (Dhonazan, Dhika, Hendri, Iman, Thaufik)

2 komentar:

  1. mantappp
    kerenn...
    menyentuh...
    dan real, nyata tanpa banyak menggunakan perumpamaan keren cerita ini tapi juga menyedihkan disisi lain.....

    BalasHapus
  2. @indra agusta : big thanks for kak indra, saya senang sekali. thanks yaa :) semoga cerita tentang fany ini menjadikan kita selalu banyak bersyukur (amin).

    BalasHapus

leave comment