Dalam memperingati “International Day of the World’s Indigenous People”, pada tanggal 9 Agustus 2011, UNIC (United Nation Information Centre) mengadakan diskusi kecil di Goethe-Institute disertai pemutaran film documenter. Film ini berjudul Kalimantan Craft’s; Harmony of Culture and Nature—yang dibuat oleh Nanang Sujana. Ia adalah Executive Producer dari banyak film yang juga banyak mendapatkan penghargaan dari festival awards. Penghargaan terkahir yang ia dapat ialah “Japan Wild life Film Festival. My Forest Tears. Asia-Ocenia New Comer Awards” pada tahun 2009.
Dengan durasi 30 menit, diceritakannya sebuah desa di Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan pulau Borneo di Dunia Internasional.
- Kalimantan Craft’s; Harmony of Culture and Nature
Bercerita tentang orang-orang pedalaman di Kalimantan, Indonesia yang mempromosikan komunitas pembuat handi crafts yang dibuat oleh orang-orang Dayak. Jaringan Borneo Chic menyediakan sumber alternatif dan warisan ekologis dari masyarakat adat kalimantan. Jaringan tersebut juga meluncurkan merek "Borneo Chic" pada tahun 2010, terdiri dari tas modern/warisan tenunan, yang sejauh ini telah diterima dengan sangat baik. Film ini merupakan contoh positif dari masyarakat adat yang dapat beradaptasi dengan tuntutan ekonomi modern. Dan pada saat yang sama mereka juga melestarikan budaya, tradisi dan lingkungan mereka.
· BorneoChic is a Heritage Crafts from the Dayak of Kalimantan
Merek Borneo Chic sendiri ialah sebuah karya yang mengedepankan aspek lingkungan, sosial, budaya, kreatifitasdan perekonomian adat di dalam kawasan hujan tropis Kalimantan, sebagai kawasan hutan terbesar di Indonesia. Keanekaragaman kerajinan Borneo Chic ditunjang dengan kepiawan Masyarakat Adat Borneo dengan menganyam, standar kerapihan yang tinggi, kekuatan anyaman, pewarnaan alami,dan citarasa yang tinggi, seperti Tas Rotan asli Dayak Benuaq, Kutai Barat, Kalimantan Timur, yang memiliki mistis dan anyaman yang rumit, kuat, dan rapi.
· Discussion
Diskusi berjalan dengan lancar dan menarik. Menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Tanah Air Beta. UNIC mengundang Produser dari film Kalimantan Crafts yaitu Nanang Surjana. Selain itu juga Try Renya Altariac (Ibu Alty) – beliau adalah perwakilan dari bagian produksi Borneo Chic. Kemudian hadir juga Prof. Dr. Agus Sardjono, beliau adalah peneliti dan pengamat kebudayaan, dan yang paling penting adalah perwakilan dari Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia sebagai wujud dukungan produk Borneo Chic.
Produk Borneo Chic yang dibuat oleh masyarakat pedalaman Kalimantan sejatinya bertujuan untuk mempromosikan identitas dan kebanggan atas budaya mereka sendiri yang dengan piawai dapat mengelola hutan lestari. Selain itu pendapatan untuk masyarakat yang tinggal didalam dan sekitar hutan sekiranya dapat bertambah melalui pekerjaan pembuatan tas-tas tersebut. Muncul banyak pertanyaan dari beberapa audience mengani pembagian keuntungan bagi penganyam dan pengelola merek Borneo Chic. Namun jujur saja saya tak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Saya pun masih penasaran dengan sistem pembagian keuntungan pengelola merek Borneo Chic dengan para ibu-ibu penganyam tas tersebut. Semoga saja sesuai dengan hasil kerja mereka yang sangat membuahkan hasil maksimal.
Melalui Film Kalimantan Craft’s, dapat disosialisasikan bahwa kekayaan Indonesia pun dapat membuat produk yang bermutu tinggi. Sebagaimana pula perwakilan dari Kementerian Kebudayaan RI mengatakan, “Film ini diharapkan dapat mengembangkan kebudayaan Indonesia menjadi lebih baik”. Warisan budaya ini menjadi hal-hal yang kreatif dan dapat diakui sehingga dapat dijual (komersil value).
Tepat di dalam Goethe Institute, UNIC memamerkan beberapa produk Borneo Chic berupa tas yang harganya diatas satu juta rupiah semua. And I'm so glad to know that. Bahwa produk Indonesia pun tak kalah saing dengan produk-produk luar negeri yang mahal-nya gila-gilaan juga. Borneo Chic mendapatkan penghargaan pada Inacraft 2010, Femina Award, dan memenangkan UNESCO seal of execellence award for handicrafts in 2006 for the shoutheast asian program. Designer terkenalyaitu Musa Widyatmodjo juga mendukung Borneo Chic dengan mempersembahkan disain-disain baru untuk koleksi Borneo Chic 2011. Hail Borneo Chic!
Sosialita. Semakin konsumtif masyarakat negeri ini walau kesenjangan pun masih tinggi. Tas-tas ber-merek yang harganya melebihi rumah di jajaran Pondok Indah, nampaknya harus mempunyai saingan dari negeri sendiri. Jika kamu mempunyai banyak uang, dan suka berbelanja tas-tas yang mahal dan ber-merk itu, tak ada salahnya untuk membeli produk dalam negeri yang tak kalah bagus mutunya. Bangga akan Indonesia dan mendukung produk 100% Indonesia!
Main-main ke Gallery BorneoChic di Ke-Kun – Jl. Bangka Raya No. 99 A, Jakarta Selatan.
Facebook : craftkalimantan
Twitter : @borneochic
*Materi produk : UNIC
*Foto : thehumanityforum.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
leave comment