Selasa, 24 April 2012

Gadis Entikong, Gadis Suku Pedalaman


Lahir di Entikong, perempuan ini kemudian dipanggil oleh kami dengan sebutan Gadis Suku Pedalaman. Yaaaa… memang baru-baru saja semenjak tersebarnya lagu MORFEM berjudul Gadis Suku Pedalaman itu naik daun. Maklum, Entikong memang sangat pedalaman. Wilayah tersebut lebih dikenal dengan perbatasan Indonesia-Malaysia. Listrik tak ada, air pun susah di dapatkan. “Ahh… dasar pedalaman!” Begitu seringkali kita menjahili Nayca.

            Ya! Nayca! Gadis urban ini tak mau dipanggil Apriyani. Modernitas telah mengubahnya menjadi gadis kota. Salon membuatnya mabuk kepayang. Ada uang maka tak pikir dua kali ia akan melakukan bagi perawatan wajahnya. Namun bukan berarti ia pemalas. Ya ya ya walau memang ia hobi sekali tidur, tetapi jika merasa sedang enak perasaannya, niat-nya mencari sesuap nasi akan sangat membara. Ia pantang menyerah dan sangat penuh motivasi.

            Harus saya akui, ialah Sahabat saya sejauh ini. Sejak keterpurukan saya saat semester 5, Nayca-lah yang ada di samping saya. Sungguh ia satu-satu-nya yang mendampingi saya untuk bangkit dengan suatu aksi nyata saat itu. Prosesnya begitu cepat, dan seketika seperti cerita di dongeng-dongeng, saya mendapatkan rasa percaya diri, keajaiban, bahkan hobi saya dapat tersalurkan menjadi suatu hal yang positif.

            Nayca lahir dari keluarga Dayak-Kalimantan. Keluarga asli-nya seorang non-muslim. Konon ceritanya Ibu kandung Nayca setiap kali melahirkan bayi perempuan tak dapat bertahan lama. Biasanya dua minggu setelah kelahiran, bayi perempuan tersebut kemudian meninggal. Saat Nayca lahir, Ibu kandung-nya dengan sengaja memberikan Nayca kepada Ibu angkat-nya (yang kini tinggal bersama Nayca sejak ia baru berusia dua minggu).

            Kisah sedih tentu ia rasakan sedari kecil. Saya tak yakin dapat menuliskannya disini atau tidak dengan baik (dan adakah yang ingin membaca tentang kisah-nya?). Intinya… Nayca adalah Gadis Dayak yang memang mempunyai daya tarik sendiri setiap kali orang melihatnya. Awal-nya saya memang tak merasa, mungkin lawan jenisnya yang lebih dapat melihatnya dimana daya tariknya. Tapi kelamaan, saya merasa memang ada sesuatu yang alami dan berbau supra natural—yang saya sendiri pun sulit mendeskripsikannya seperti apa, karena buat saya indra penglihatan yang dapat membacanya. Silahkan bertemu dengan gadis dayak ini, dan cari tahu dimana letak menariknya.

            Kini Nayca tak mau orang-orang hanya menyukainya karena wajah atau fisiknya yang memikat. Ia ingin banyak orang menghargainya karena ia juga berusaha mencapai impiannya yaitu menjadi pengusaha dengan perjuangan yang tak main-main. Saat ini ia sedang mempersiapkan keberangkatan menuju Kediri untuk belajar di kampung inggris selama enam bulan.



1 komentar:

leave comment